Memoar 'Riboswitch'

Layar alat baca digitalku masih menyala terang menemani mata yang kantuk ini membaca sebuah bacaan digital yang pagi tadi ku download. Bacaan itu merupakan majalah edisi digital yang berisikan materi sains dan pemahaman spiritual. Setiap edisinya membahas tentang hubungan antara ilmu sains positif dan aspek rohani spritual. Sengaja dibenturkan tidak untuk melihat sisi kontradiksinya tetapi lebih melihat aspek korelasinya, saling berhubungan dan saling menerangkan, begitu komplementer. Mencerahkan dan menyejukkan jiwa yang haus akan rasionalitas ataupun yang rindu akan ketenangan hati. Setiap edisinya menarik untuk disimak, seperti bagaimana penjelasan mengenai barang tambang Besi bisa berada di dalam perbendaharaan bumi, sedangkan Al-Quran menyebutnya berasal dari atas perbendaharaan langit disisi-Nya, mengapa kita tidak merasakan haus ketika tidur, atau komposisi indah musim semi dengan warna-warnanya yang ajaib, dan segudang informasi lainnya yang menyegarkan neutron-neutron otak dan menentramkan serta mengokohkan kalbu tempat bersemayamnya iman. Lantunan merdu suara Syeikh Al-Ghomidi yang melafalkan ayat-ayat Al-quran ikut menemani malamku. 
 
Pukul 00.00 ku tengok jam digitalku. Halaman per halaman kubaca, sesekali menyentuh layar dengan gerakan kecil ke samping untuk mengganti halaman dan sentuhan dua jari untuk memberbesar tampilannya. Sebuah halaman baru muncul dengan artikel berjudul "A well -disigned On/Off Switch for the Cellular Pathways" . Judulnya begitu provokatif, sontak kenangan intelektualku tentang dunia mikrokosmotik alam selular meluap-luap. Sangat rindu rasanya dengan dunia itu. Dulu kami begitu akrab, dirumah, dikampus, ditempat kerja bahkan di kertas ujian semesterku. Kubaca baris per baris, kalimat per kalimat, alinea satu ke alinea lain, fokus bacaan satu ke lainnya. Penghuni dunia gaib di alam mikrokosmos itu hadir satu persatu, memperkenalkan dirinya kembali. Mungkin saya sedikit lupa tentang apa yang mereka lakukan di dunianya, tapi saya cukup paham dengan sebutan-sebutan mereka di dunia manusia. Sekawanan RNA (Asam Ribonukleat) menjadi tokoh diartikel itu. Mereka mungil tetapi memainkan peranan penting dalam dunianya, sehingga mereka dijaga dalam sebuah kompartemen sederhana dalam mekanisme yang kompleks. Indah bukan buatan tokoh utama ini, mereka punya banyak pekerjaan besar yang dikerjakan tanpa secuil pun ilmu dari universitas manusia yang turut campur merekonstruksi bagaimana mereka bekerja. Tetapi dilain sisi 'mereka' membuat ribuan mahasiswa menyelesaikan pendidikannya dan ratusan ilmuwan menjadi terkenal karena mempelajari cara uniknya bekerja. Mereka bekerja tidak sesederhana dunia matematika mengamini mengapa 0 x 1 harus menjadi 0 atau dunia fisika teoritis yang menjelaskan anti-materi dari neutron. Sebagian kawanan RNA telah diketahui manfaatnya melalui ribuan percobaan yang dilakukan semenjak mereka terkenal karena menjembatani tetuanya DNA (Asam Deoksirbonukleat) bertranformasi dalam ritual "Ekspresi Genetik" menjadi suatu bentuk matang Protein yang bisa bekerja di segala medan tempur dunia mikrokosmos selular. 
 
Komplotan RNA sejatinya dikodekan dalam deretan sandi sandi rahasia bahasa tetuanya, DNA. Setelah diterjemahkan ada yang menjadi tentara pengirim pesan (mRNA), pasukan pentransfer material (tRNA), kompi mesin pembuat Protein (rRNA), pasukan kecil mirip inti dunia sel (snRNA), pasukan silencer yang bisa menginterferensi dunia tetuanya (siRNA), dan seregu kecil Ribozyme dan Riboswitch. Mereka semua adalah tentara yang tidak dikodekan untuk menjadi protein, atau oleh dunia literatur menyebut mereka sebagai "Non-Coding RNAs". Sedikit terkucilkan dari dunia raksasa protein tetapi punya peranan penting dalam keberlangusungan hidup protein. Rumit memang membayangkannya, tapi ilmuwan saat ini mengamini mereka mengatur hidup dan mati protein. Sekelabatan memori masa kuliahku rasanya belum pernah kudengar regu kecil RNA riboswitch itu. Setelah kubaca paragraf yang mendefinisikannya akhirnya kupaham bahwa regu mini itu adalah bagian dari pasukan pengirim pesan (mRNA). Ibarat sebuah pagar dari areal besar sebuah istana, deretan beberapa huruf dari panjangnya suatu frase karya sastra. Seperti Bismillah dibandingkan ribuan ayat lainnya dalam Al-quran. Sangat kecil jika dipandang dari sudut pandang fisiknya. Begitulah Riboswitch, hanya merupakan untaian beberapa kode basa dalam tubuh mRNA. Bertubuh kecil bermanfaat agung, dia ternyata salah satu hakim pengatur ritual "Ekspresi Genetik" melalui kerja unik bersama metabolit berpangkat khusus seperti TPP (Thiamin Pyrophosphate) sebuah turunan Vitamin B1, sebuah molekul lain dalam dunia molekuler yang indah. Riboswitch sejatinya landasan tempat mendarat dan lepas landasnya molekul pengaktif sinyal (ligand) seperti TPP. Ritual "Translasi" sebagai salah satu tahapan dalam Ekspresi Genetik sejatinya non-aktif karena keberadaan ligand dalam kawasan tempur Riboswitch. 
 
Namun, jika molekul ligand ini terbang meninggalkan landasan bernama "Aptamer" pada kawasan Riboswitch, maka akan terjadi reaksi biokimia supercepat, lebih cepat dibandingkan kereta buatan manusia yang melaju dengan cara melayang diatas papan superkonduktor karena adanya medan magnet atau kecepatan semikonduktor memproses kasus matematika sederhana 1-1 dalam dunia biner digital. Ritual "Translasi" akan dimulai dan dijalankan oleh mesin-mesin lain dunia selular, rapi, efektif, dan efisien sampai kebutuhan Protein dunia sel terpenuhi. Seketika protein itu jadi dan berfungsi, mekanisme fisiologis di alam makrokosmos pun akan terlihat. Salah satu contoh kasusnya adalah pengaktifan gen untuk pendegradasi polutan yang ada pada molekul seluler Bakteri, akan aktif ketika ada interaksi Riboswitch dengan ligand yang cocok. Di dalam dunia bakteri, pasukan Riboswitch juga ditemui. Sejak tahun 2007, sejumlah ilmuwan lewat bioteknologi telah mencoba mengutak-atik kawasan pasukan Riboswitch ini untuk kemaslahatan umat yang lebih besar. Harapan besar dari si mini Riboswitch dalam penemuan teknologi terbaru dalam bioremediasi, biosensor, sintesa biologi dan pengangkutan obat dalam tubuh, serta aplikasi lain dalam bidang kesehatan sangat dinantikan. Fakta ini mematahkan pendapat sebagian ilmuwan beberapa dekade sebelumnya yang memvonis kawanan "Non Coding RNAs" sebagai junker karena tidak bermanfaat dalam ritual agung "Ekspresi Genetika" alam seluler. Namun hal lain yang Riboswitch bisa sampaikan sebagai perwakilan sudut renik dunia seluler yang dianggap sebelah mata oleh dunia manusia adalah pada akhirnya sekecil apapun diri mereka, bisa membuka lebar-lebar khasanah pengetahuan dan alam spiritual manusia, sekali lagi akan tanda keagungan Pencipta mereka, Pencipta Kita, bahwa tidak ada yang sia-sia dari sisi Penciptaan Allah SWT sekecil dan seremeh apa pun dalam pandangan manusia dan ilmu pengetahuan. Terima kasih Riboswitch atas jerih payahmu sebagai saklar dalam dunia mikrokosmos kami, pelipur dahaga intelektualitasku, dan pengingat ayat-ayat Tuhanku.

Sumber Inspirasi : Majalah Fountain Edisi Januari-Februari 2011.

Kucukkoy-Istanbul,
Winter 5-2-2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar